Senin, 05 Mei 2014

‘Ngentrung’ di Festival Malang Tempo Doeloe



‘Ngentrung’ di Festival Malang Tempo Doeloe
Oleh : M. Abd. Wahid Ato’illah
Setelah sempat berhenti selama satu tahun, akhirnya Festival Malang Tempo Doeloe kembali digelar. Kemarin Jum’at, 2 Mei 2014 Kota Malang seakan menjadi lautan manusia. Ribuan orang tumpah ruah disekitar Alun-alun sampai sepanjang jalan menuju kawasan Kayutangan. Pihak Yayasan Inggil yang bekerja sama dengan Pemkot Malang sebagai penyelenggara Malang Tempo Doeloe kali ini mengambil tema “Satoes Akoe, 100 Lakoe” sekaligus untuk merayakan Hari jadi Kota Malang yang ke-100 Tahun dengan harapan masyarakat Kota Malang dapat melakukan 100 tindakan positif atau seratus Lelaku untuk kebaikan kota Malang.
Hampir sama seperti Malang Tempo Doeloe sebelumnya, pengunjung yang terdiri dari berbagai macam kalangan disuguhkan beberapa kuliner-kuliner dan souvenir khas Kota Malang. Disepanjang jalan banyak didirikan stand-stand yang menjual jajanan-jajanan Tempo Doeloe seperti cenil, opak gambir,gulo kacang dan jajanan-jajanan lain yang sulit dijumpai saat ini. Dan juga banyak dijajakkan souvenir-souvenir unik dan menarik yang sangat khas dengan kota yang dijuluki Kota Apel ini.
 Aroma Tempo Doeloe semakin terasa karena banyak didirikan panggung-panggung hiburan seperti panggung Wayang, panggung Kentrung, panggung musik lawas, panggung ludruk, gambus,layar tancap dll. Festival Malang Tempo Doeloe seakan menjadi gairah tersendiri bagi seniman-seniman Kota Malang untuk berkarya dan menyuguhkan kesenian-kesenian Tradisonal yang mulai tergerus oleh budaya-budaya asing.
Salah satu panggung yang berada di Festival Malang tempo Doeloe adalah panggung Kentrung yang berada di depan Ramayana Departemen Store. Panggung kentrung menampilkan pertunjukan seni Kentrung yaitu seni bercerita dgn iringan musik jedhor dan templing yang dimainkan oleh 3-4 orang dengan satu orang sebagai Dalang yang menceritakan. Namun, UKM operet & Kentrung Blero Universitas Negeri Malang menampilkan kesenian kentrung dalam bentuk yang berbeda. Salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa yang berada di  Universitas Negeri Malang ini mengkreasikan kentrung dengan menampilkan aktor-aktor untuk menvisualisasikan cerita yang dibawakan. Serta dengan diiringi alunan Musik Kontemporer untuk lebih menguatkan cerita. Juga diselingi dengan Guyonan-guyonan segar yang mampu mengocok perut penonton yang menyaksikan. Sedikit sentuhan Operet yang ditampilkan pada pertunjukan kali ini dimaksudkan untuk memberi sedikit warna kentrung kreasi.
Pada penampilan kali ini UKM Blero membawakan cerita Anusapati dengan judul “Sepasang Naga di Satu Sarang”. Cerita ini diilhami oleh cerita dari Kerajaan Singhasari sepeninggal Raja Ken Arok hingga Raja Tohjaya yang menjadi penguasa kerajaan Singhasari. Dengan siasat licik dari raja Tohjaya, Anusapati dibunuh dengan Keris Empu Gandring oleh Raja Tohjaya melalui utusannya, pada pagelaran sabung ayam yang di gelar oleh Raja Tohjaya.
Festival Malang Tempo Doeloe menjadi hiburan gratis dan merakyat untuk warga Kota Malang. Maka diharapkan, event Malang Tempo Doeloe menjadi sarana untuk melestarikan budaya-budaya Kota Malang, kesenian-kesenian tradisional dan mengenalkan sejarah kota Malang pada masa lampau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar