A. PENGERTIAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Pada dasarnya, sosiologi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
sosiologi umum dan sosiologi khusus. Sosiologi umum menyelidiki gejala
sosio-kultural secara umum. Sedangkan Sosiologi khusus, yaitu pengkhususan dari
sosiologi umum, yaitu menyelidiki suatu aspek kehidupan sosio kultural secara
mendalam. Misalnya: sosiologi masyarakat desa, sosiologi masyarakat kota,
sosiologi agama, sosiologi hukum, sosiologi pendidikan dan sebagainya. Jadi
sosiologi pendidikan merupakan salah satu sosiologi khusus.
Beberapa defenisi
sosiologi pendidikan menurut beberapa ahli:
1. Menurut F.G.
Robbins, sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang tugasnya
menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan. Struktur mengandung pengertian
teori dan filsafat pendidikan, sistem kebudayaan, struktur kepribadian dan
hubungan kesemuanya dengan tata sosial masyarakat. Sedangkan dinamika yakni
proses sosial dan kultural, proses perkembangan kepribadian, dan hubungan
kesemuanya dengan proses pendidikan.
2. Menurut H.P.
Fairchild dalam bukunya ”Dictionary of Sociology”dikatakan
bahwa sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan
masalah-masalah pendidikan yang fundamental. Jadi ia tergolong applied
sociology.
3. Menurut Prof. DR
S. Nasution,M.A., Sosiologi Pendidikan dalah ilmu yang berusaha untuk
mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan
kepribadian individu agar lebih baik.
4. Menurut F.G
Robbins dan Brown, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu yang membicarakan dan
menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk
mendapatkan serta mengorganisasi pengalaman. Sosiologi pendidikan mempelajari
kelakuan sosial serta prinsip-prinsip untuk mengontrolnya.
5. Menurut E.G
Payne, Sosiologi Pendidikan ialah studi yang komprehensif tentang segala
aspek pendidikan dari segi ilmu sosiologi yang diterapkan.
6. Menurut Drs.
Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang berusaha
memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan
sosiologis.
Dari beberapa defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sosiologi
pendidikan adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu
struktur, dinamika, masalah-masalah pendidikan, ataupun aspek-aspek lainnya
secara mendalam melalui analisis atau pendekatan sosiologis.
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh
timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala
keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan
dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan
yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua
jenis gejala-gejala sosial lain. Sosiologi pendidikan terdiri dari
dua kata, sosiologi dan pendidikan. Kedua istilah ini dari segi etimologi tentu
saja berbeda maksudnya, namun dalam sejarah hidup dan kehidupan serta budaya
manusia, kedua ini menjadi satu kesatuan yang terpisahkan. Terutama dalam
sistem memberdayakan manusia, dimana sampai saat ini memanfaatkan pendidikan
sebagai instrument pemberdayaan tersebut.
Beberapa pemikiran pakar mengenai sosiologi pendidikan yang
dikemukakan oleh Ahmadi (1991). Menurut George Payne, yang kerap disebut
sebagai bapak sosiologi pendidikan, mengemukakan secara konsepsional yang
dimaksud dengan sosiolgi pendidikan adalah by educational sosiologi we
the science whith desribes andexlains the institution, social group, and social
processes, that is the spcial relationships in which or through which the
individual gains and organizes experiences”. Payne menegaskan bahwa,
di dalam lembaga-lembaga, kelompok-kelompok sosial, proses sosial, terdapatlah
apa yang yang dinamakan sosial itu individu memproleh dan mengorganisir
pengalamannya-pengalamannya. Inilah yang merupakan asepek-aspek atau
prinsip-prinsip sosiologisnya.
Charles A. Ellwood mengemukakan bahwa Education Sosiologi
is the sciense aims to reveld the connetion at all points between the cdukative
process and the social, sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari menuju untuk melahirkan maksud hubungan-hubungan antara semua
pokok-pokok masalah antara proses pendidikan dan proses sosial.
Menurut E.B Reuter, sosiologi pendidikan mempunyai kewajiban untuk
menganalisa evolusi dari lembaga-lembaga pendidikan dalam hubungannya dengan
perkembangan manusia, dan dibatasi oleh pengaruh-pengaruh dari lembaga
pendidikan yang menentukan kepribadian sosial dari tiap-tiap individu. Jadi
prinsipnya antara individu dengan lembaga-lembaga sosial itu selalu saling
pengaruh mempengaruhi (process social interaction).
F.G Robbins dan Brown mengemukakan bahwa sosiologi pendidikan
adalah ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang
mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasi pengalamannya.
Sosiologi pendidikan mempelajari kelakukan sosial serta prinsip-prinsip untuk
mengontrolnya.
E.G Payne secara spesifik memandang sosiolgi pendidikan sebagai
studi yang konfrenhensif tentang segala aspek pendidikan dari segi ilmu yang
diterapkan. Bagi Payne sosiologi pendidikan tidak hanya meliputi segala sesuatu
dalam bidang sosiologi yang dapat dikenakan analisis sosiologis. Tujuan
utamanya ialah memberikan guru-guru, para peneliti dan orang lain yang menaruh
perhatian akan pendidikan latihan yang serasi dan efektif dalam sosiologi yang
dapat memberikan sumbangannya kepada pemahaman yang lebih mendalam tentang
pendidikan.
Menurut Dictionary of Socialogy, sosiologi
pendidikan ialah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah
pendidikan yang fundamental.
Menurut Prof. DR.S.Nasution. Sosiologi pendidikan ialah ilmu yang
berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk
mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik.
Menurut F.G. Robbins, Sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus
yang bertugas menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan.
Menurut penulis, Sosiologi pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang
berusaha memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan
sosiologis.
Dengan berbagai definisi tersebut diatas menunjukkan bahwa
sosiologi pendidikan merupakan bagian dari matakuliah dasar-dasar kependidikan
di lembaga pendidikan tenaga kependidikan dan sifatnya wajib diberikan kepada
seluruh peserta didik.
B. TUJUAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Francis Broun mengemukakan bahwa sosiologi pendidikan
memperhatikan pengaruh keseluruhan lingkungan budaya sebagai tempat dan cara
individu memperoleh dan mengorganisasi pengalamannya. Sedang S. Nasution
mengatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah Ilmu yang berusaha untuk
mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk memproleh
perkembangan kepribadian individu yang lebih baik. Dari kedua pengertian dan
beberapa pengertian yang telah dikemukakan dapat disebutkan beberapa konsep
tentang tujuan sosiologi pendidikan, yaitu sebagai berikut:
1. Sosiologi
pendidikan bertujuan menganalisis proses sosialisasi anak, baik dalam keluarga,
sekolah, maupun masyarakat. Dalam hal ini harus diperhatiakan pengaruh
lingkungan dan kebudayaan masyarakat terhadap perkembangan pribadi anak.
Misalnya, anak yang terdidik dengan baik dalam keluarga yang religius, setelah
dewasa/tua akan cendrung menjadi manusia yang religius pula. Anak yang terdidik
dalam keluarga intelektual akan cendrung memilih/mengutamakan jalur intlektual
pula, dan sebagainya.
2. Sosiologi
pendidikan bertujuan menganalisis perkembangan dan kemajuan sosial. Banyak
orang/pakar yang beranggapan bahwa pendidikan memberikan kemungkinan yang besar
bagi kemajuan masyarakat, karena dengan memiliki ijazah yang semakin tinggi
akan lebih mampu menduduki jabatan yang lebih tinggi pula (serta penghasilan
yang lebih banyak pula, guna menambah kesejahteraan sosial). Disamping itu
dengan pengetahuan dan keterampilan yang banyak dapat mengembangkan aktivitas
serta kreativitas sosial.
3. Sosiologi
pendidikan bertujuan menganalisis status pendidikan dalam masyarakat.
Berdirinya suatu lembaga pendidikan dalam masyarakat sering disesuaikan dengan
tingkatan daerah di mana lembaga pendidikan itu berada. Misalnya, perguruan
tinggi bisa didirikan di tingkat propinsi atau minimal kabupaten yang cukup
animo mahasiswanya serta tersedianya dosen yang bonafid.
4. Sosiologi
pendidikan bertujuan menganalisis partisipasi orang-orang
terdidik/berpendidikan dalam kegiatan sosial. Peranan/aktivitas warga yang
berpendidikan / intelektual sering menjadi ukuan tentang maju dan berkembang
kehidupan masyarakat. Sebaiknya warga yang berpendidikan tidak segan- segan
berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial, terutama dalam memajukan
kepentingan / kebutuhan masyarakat. Ia harus menjadi motor penggerak dari
peningkatan taraf hidup sosial.
5. Sosiologi
pendidikan bertujuan membantu menentukan tujuan pendidikan. Sejumlah
pakar berpendapat bahwa tujuan pendidikan nasional harus bertolak dan dapat
dipulangkan kepada filsafat hidup bangsa tersebut. Seperti di Indonesia,
Pancasila sebagai filsafat hidup dan kepribadian bangsa Indonesia harus menjadi
dasar untuk menentukan tujuan pendidikan Nasional serta tujuan pendidikan
lainnya. Dinamika tujuan pendidikan nasional terletak pada keterkaitanya dengan
GBHN, yang tiap 5 (lima) tahun sekali ditetapkan dalam Sidang Umum MPR, dan
disesuaikan dengan era pembangunan yang ditempuh, serta kebutuhan masyarakat
dan kebutuhan manusia.
6. Menurut
E. G Payne, sosiologi pendidikan bertujuan utama memberi kepada guru- guru
(termasuk para peneliti dan siapa pun yang terkait dalam bidang pendidikan)
latihan – latihan yang efektif dalam bidang sosiologi sehingga dapat memberikan
sumbangannya secara cepat dan tepat kepada masalah pendidikan. Menurut
pendapatnya, sosiologi pendidikan tidak hanya berkenaan dengan proses belajar
dan sosialisasi yang terkait dengan sosiologi saja, tetapi juga segala sesuatu
dalam bidang pendidikan yang dapat dianalis sosiologi. Seperti sosiologi yang
digunakan untuk meningkatkan teknik mengajar yaitu metode sosiodrama, bermain
peranan (role playing) dan sebagainya.dengan demikian sosiologi
pendidikan bermanfaat besar bagi para pendidik, selain berharga untuk
mengalisis pendidikan, juga bermanfaat untuk memahami hubungan antara manusia
di sekolah serta struktur masyarakat. Sosiologi pendidikan tidak hanya
mempelajari masalah – masalah sosial dalam pendidikan saja, melainkan juga hal
– hal pokok lain, seperti tujuan pendidikan, bahan kurikulum, strategi belajar,
sarana belajar, dan sebagainya. Sosiologi pendidikan ialah analisis ilmiah atas
proses sosial dan pola- pola sosial yang terdapat dalam sistem pendidikan.
Jika dilihat zaman peradaban yunani pada masa Plato (427-327 BC),
pendidikannya lebih mengutamakan penciptaan manusia sebagai pemikir, kemudian
sebagai ksatria dan penguasa. Pada zaman Romawi, seperti masa kehidupan Cicero
(106-43 BC), pendidikan mengutamakan penciptaan manusia yang
humanistis. Pada abad pertengahan, pendidikan mengutamakan menjadikan manusia
sebagai pengabdi Khalik (baik versi Islam maupun versi Kristiani). Pada abad
pertengahan (1600-an-1800-an), melahirkan teori Nativisme (Rousseau, 1712-1778),
Empirisme oleh Locke (1632-1704) dan konvergensi oleh Stern (1871-1939).
Semuanya cendrung kepada nilai individu anak sebagai manusia yang memiliki
karakteristik yang unik.
Menurut Nasution (1999:2-4) ada beberapa konsep tentang tujuan
Sosiologi Pendidikan, antara lain sebagai berikut:
1. analisis
proses sosiologi
2. analisis
kedudukan pendidikan dalam masyarakat,
3. analisis
intraksi social di sekolah dan antara sekolah dengan masyarakat,
4. alat
kemajuan dan perkembangan sosial,
5. dasar
untuk menentukan tujuan pendidikan,
6. sosiologi
terapan, dan
7. latihan
bagi petugas pendidikan.
Konsep tentang tujuan sosiologi pendidikan di atas menunjukkan
bahwa aktivitas masyarakat dalam pendidikan merupakan sebuah proses sehingga
pendidikan dapat dijadikan instrument oleh individu untuk dapat berintraksi
secara tepat di komunitas dan masyarakatnya. Pada sisi yang lain, sosiologi
pendidikan akan memberikan penjelasan yang relevan dengan kondisi kekinian
masyarakat, sehingga setiap individu sebagai anggota masyarakat dapat
menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perkembangan berbagai fenomena yang
muncul dalam masyarakatnya.
Namun demikian, pertumbuhan dan perkembangan masyarakat merupakan bentuk
lain dari pola budaya yang dibentuk oleh suatu masyarakat. Pendidikan tugasnya
tentu saja memberi penjelasan mengapa suatu fenomena terjadi, apakah fenomena
tersebut merupakan sesuatu yang harus terjadi, dan bagaimana mengatasi segala
implikasi yang bersifat buruk dari berkembangnya fenomena tersebut, sekaligus
memelihara implikasi dari berbagai fenomena yang ada.
Tujuan sosiologi pendidikan pada dasarnya untuk mempercepat dan
meningkatkan pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, sosiologi
pendidikan tidak akan keluar dari upaya-upaya agar pencapaian tujuan dan fungsi
pendidikan tercapai menurut pendidikan itu sendiri. Secara universal tujuan dan
fungsi pendidikan itu adalah memanusiakan manusia oleh manusia yang telah
memanusia. Itulah sebabnya sistem pendidikan nasional menurut UUSPN No. 2 Tahun
1989 pasal 3 adalah “ untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu
kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujaun
nasional”. Menurut fungsi tersebut jelas sekali bahwa pendidikan
diselenggarakan adalan:
1. untuk
mengembangkan kemampuan manusia Indonesia,
2. meningkatkan
mutu kehidupan manusia Indonesiam
3. meningkatkan
martabat manusia Indonesia,
4. mewujudkan
tujuan nasional melalui manusia-manusia Indonesia. Oleh karena itu pendidikan
diselenggarakan untuk manusia Indonesia sehingga manusia Indonesia tersebut
memiliki kemampuan mengembangkan diri, meningkatkan mutu kehidupan, meninggikan
martabat dalam rangka mencapai tujuan nasional.
Upaya pencapaian tujuan nasional tersebut adalah untuk menciptakan
masyarakat madani, yaitu suatu masyarakat yang berperadaban yang menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang sadar akan hak dan kewajibannya,
demokratis, bertanggungjawab, berdisiplin, menguasai sumber informasi dalam
bidang iptek dan seni, budaya dan agama (Tilaar, 1999). Dengan demikian proses
pendidikan yang berlangsung haruslah menciptakan arah yang segaris dengan
upaya-upaya pencapaian masyarakat madani tersebut.
Menurut pandangan Nurcholis Majid mengemukakan bahwa masyarakat
madani itu adalah masyarakat yang berindikasi seperti termaktub dalam piagam
madinah pada zaman Rasulullah Muhammad SAW (Tilaar, 2000).
Saat ini kita mengalami perubahan yang begitu cepat dan drastis,
sehingga terjadi perubahan nilai dan menciptakan perbedaan dalam melihat
berbagai nilai yang berkembang dalam masyarakat. Menurut Langgulung (1993:389)
“kelompokpertama melihat nilai-nilai lama mulai runtuh sedangkan nilai-nilai
baru belum muncul yntuk menggantikan yang lama, sedang kelompok kedua melihat
keruntuhan nilai-nilai lama itu, tetapi dalam waktu yang bersamaan dapat
melihat bagaimana nilai-nilai lama itu, menyelinap masuk kedalam nilai-nilai
baru dan membantu menegakkannya”.
Perubahan nilai-nilai dalam masyarakat bukan berarti tidak
terperhatikan oleh masyarakat. Namun dalam memperhatikan nilai-nilai yang
berkembang tersebut, arah yang menjadi anutan antara satu masyarakat dengan
masyarakat lainnya tidaklah sama. Tidak semua masyarakat secara terarah memahami
arah dan tujuan hidup secara benar. Arah dan tujuan yang benar menurut Mulkham
(1993:195) adalah “secara garis besar arah dan tujuan hidup manusia dapat
dikelompokkan menjadi tiga tahap. Tahap pertama, mengenai kebenaran, tahap
kedua, memihak kepada kebenaran dan tahap terakhir adalah berbuat ikhsan secara
dan secara individual maupun sosial yangb terealisasi dalam laku ibadah”.
Sampai saat ini pendidikan dianggap dapat dijadikan sebagai sarana
yang efektif dalam menyadarkan manusia baik sebagai individu maupun sebagai
anggota komunitas dan masyarakat. Pendidikan akan mengembangkan kecerdasan dan
penguasaan ilmu pengetahuan, pada sisi yang lain agama akan semakin popular dan
terinternalisasi dalam diri setiap pemeluknya, jika diberikan melalui pendidikan.
C. SOSIOLOGI SEBAGAI LANDASAN
PENDIDIKAN
Sosial mengacu pada hubungan antar individu, antar masyarakat, dan
individu dengan masyarakat. Unsur sosial merupakan aspek individu
secara alami, artinya aspek ini telah ada sejak ,manusia dilahirkan. Maka dari
itu perlu di kembangkan agar menjadi matang
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia
dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya, selain mempelajari cara manusia
berhubungan satu dengan yang lain dalam kelompoknya serta susunan dan
keterkaitan unit-unit masyarakat atau unit sosial dalam suatu wilayah. Dapat
pula dikatakan ilmu ini merupakan analisa ilmiah terhadap proses sosial
dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan.
Kegiatan pendidikan merupakan proses interaksi antara dua
individu, dua generasi yang memungkinkan generasi muda mengembangkan dirinya.
Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi dalam lembaga yang disebut SEKOLAH.
Sekolah sengaja dibentuk oleh masyarakat agar pola dan kegiatan pendidikan semakin
intensif
Dasar sosiologis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan
karakteristik masayarakat.Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah
tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem
pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan
meliputi empat bidang:
1. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek
masyarakat lain.
2. Hubungan kemanusiaan.
3. Pengaruh sekolah pada perilaku
anggotanya.
4. Sekolah
dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok
sosial lain di dalam komunitasnya.
Menurut
Made Pidarta, pembentukan karakter berdasarkan interaksi sosial melalui empat
bentuk :
1. Imitasi
(peniruan)
2. Sugesti
(meniru melalui himbauan atau paksaan)
3. Identifikasi
(meniru berdasarkan hal-hal kecocokan dalam diri subyek)
4. Simpati
(meniru berdasarkan kesenangan)
Menurut
Karyono, pembentukan karakter manusia melalui interaksi sosial ditambahkan
menjadi :
- Empati
- Introspeksi
Interaksi antar individu, antar kelompok, terjadi karena ada aksi
dan reaksi (dalam fisika dinyatakan sebagai Hukum 3 Newton), yaitu hubungan
antara gaya dua benda yang besarnya sama namun arahnya berlawanan. Interaksi
ini terjadi dalam dunia persekolahan sebagai bagian kecil dari masyarakat
pendidikan yang membentuk karakter peserta didik.
Dari interaksi sosial ini akan memunculkan budaya-budaya, seperti
: budaya berpakaian, budaya bertingkah laku, budaya berkarakter, budaya
belajar, budaya menulis, budaya mendengarkan, budaya mengajar, serta
budaya-budaya yang lain yang terjadi dari interaksi sosial tersebut.
Nah, yang menjadi permasalahannya. Sebagai landasan pendidikan,
peran dan pandangan sosial budaya dari kacamata Islam dan Kristen ~ sebagaimana
aturan atau norma agama termasuk aturan yang mengikat keteraturan harmonisasi
hubungan antar individu dan antar kelompok yang perlu dibahas serta dipertajam
keberadaannya agar berbagai macam budaya dan latar belakang sosial yang dibawa
oleh peserta didik tidak berbenturan.
Secara normatif benturan-benturan sosiokultural dapat di-asimilasi
dalam Budaya Pancasila sebagaimana butir-butir sila yang ada dan sudah dijalan
sejak dulu kala, namun perkembangan kemajuan, perkembangan zaman, perkembangan
pergaulan masyarakat lokal, nasional, regional, global menuntut adanya
peningkatan hubungan tersebut.
Aspek-aspek benturan antara nilai-nilai barat dan timur tidak
dapat dihindari lagi, namun dapat disaring dan disesuaikan agar beresonansi
dengan aspek sosial budaya yang sudah berakar dan berkembang di masyarakat
Indonesia terutama dalam kaitannya dengan dunia pendidikan ini.
Sistem pendidikan Barat sangat menginginkan adanya pluralisme,
keberanekaan aspek kehidupan boleh-boleh saja tetapi tetap satu saja tujuannya
bahkan ada yang menyatakan Agama itu berbeda-beda tetapi tetap saja sama
hakikatnya. (Nah, inilah bahaya pluralisme tersebut). Adat istiadat dan budaya
yang terserap dalam pluralisme itu yang perlu diantisipasi, untuk diselaraskan
sebagian dengan nilai-nilai adat, aturan, norma yang sudah lama berlaku di
masyarakat.
Sementara menurut falsafah negara Republik Indonesia,
Bhin eka
Tunggal Ika, biarpun berbeda-beda tetapi tetap satu jua. menggambarkan adanya
masyarakat pluralistis (memiliki sifat-sifat kemajemukan). Sejak zaman
kerajaan-kerajaan Nusantara, pemeluk agama Hindu dan Buddha serta Islam dapat
bergandengan tangan, bersatu, bergabung membentuk cikal-bakal Negara Indonesia.
Hingga zaman modern, Negara Republik Indonesia menyatakan di dalam UUD
1945 melindungi keberagaman agama dan aliran kepercayaan di Indonesia dengan
berbagai macam perbedaan ritual, adat, budaya, dan lain-lain. Juga memberikan
jaminan keamanan kepada berbagai suku daerah di Indonesia untuk berkembang dan
mengembangkan budayanya dengan tetap menjaga stabilitas dan harmonisasi tanpa
benturan yang mengarah pada konflik fisik dan cenderung kriminalis.
Dari sekian banyak norma yang berlaku di masyarakat, hanya norma
Agama yang memiliki ikatan dan belengu yang kuat untuk tetap mempererat
kebersatuan masyarakat Indonesia dalam ke-Bhinneka-an tersebut, salah satunya
sebagai landasan sosial budaya pendidikan dipandang secara Islam dan Kristen.
Sosial mengacu kepada hubungan antar individu, antarmasyarakat,
dan individu dengan masyarakat. Unsur sosial ini merupakan aspek individu
secara alami, artinya aspek itu telah ada sejak manusia dilahirkan. Karena itu,
aspek sosial melekat pada diri individu yang perlu dikembangkan dalam
perjalanan hidup peserta didik agar menjadi matang. Di samping tugas pendidikan
mengembangkan aspek sosial, aspek itu sendiri sangat berperan dalam membantu
anak dalam mengembangkan dirinya. Maka segi sosial ini perlu diperhatikan dalam
proses pendidikan.
A. Sosiologi
dan Pendidikan
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia
dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Sosilogi mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut :
1. Empiris,
adalah ciri utama sosiologi sebagai ilmu.
- Teoretis, adalah peningkatan fase penciptaan tadi yang menjadi salah satu bentuk budaya yang bisa disimpan dalam waktu lama dan dapat diwariskan pada generasi muda.
- Komulatif, sebagai akibat dari penciptaan terus-menerus sebagai konsekuensi dari terjadinya perubahan di masyarakat, yang membuat teori-teori itu akan berkomulasi mengarah kepada teori yang lebih baik.
- Nonetis, karena teori itu
menceritakan apa adanya tentang masyarakat beserta individu-individu di
dalamnya, tidak menilai apakah hal itu baik atau buruk.
Untuk mewujudkan cita-cita pendidikan sangat membutuhkan bantuan sosiologi. Konsep atau teori sosiologi memberi petunjuk kepada guru-guru tentang bagaimana seharusnya mereka membina para siswa agar mereka bisa memiliki kebiasaan hidup yang harmonis, bersahabat, dan akrab sesama teman.
Sosiologi
pendidikan meliputi
- interaksi guru-siswa,
- dinamika kelompok di kelas dan di organisasi intra sekolah,
- struktur dan fungsi sistem pendidikan, dan
- sistem-sistem masyarakat dan pengaruhnya terhadap pendidikan.
Dalam sosiologi, perilaku manusia bertalian dengan nilai-nilai.
Sosiologi berpandangan bahwa perilaku itu tidak bebas, melainkan mengikuti pola
yang kontinu dan pola itu yang sebagai pengatur perilaku adalah nilai-nilai
yang ada di masyarakat. Secara garis besar ada empat sumber nilai, yaitu
norma-norma, agama, peraturan dan perundang-undangan, dan pengetahuan.
Sekolah-sekolah harus memperhatikan pengembangan nilai-nilai ini pada anak-anak
di sekolah. Wuradji mengatakan
1. sekolah
sebagai kontrol sosial, yaitu untuk memperbaiki kebiasaan-kebiasaan jelek pada
anak-anak kala di rumah maupun di masyarakat dan
2. sekolah
sebagai pengubah sosial, yaitu untuk menyeleksi nilai-nilai, menghasilkan warga
negara yang baik, dan menciptakan ilmu serta teknologi baru.
B. Kebudayaan
dan Pendidikan
Kebudayaan menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai
anggota masyarakat (Imran Manan,1989)
Fungsi kebudayaan dalam kehidupan manusia :
Fungsi kebudayaan dalam kehidupan manusia :
- Penerus keturunan dan pengasuh anak
- Pengembangan kehidupan berekonomi
- Transmisi budaya
- Meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha esa
- Pengendalian social
- Rekreasi
Perubahan
kebudayaan disebabkan oleh
- Originasi atau penemua-penemua baru
- Difusi atau percampuran budaya baru dengan budaya lama
- Reinterpretasi atau modifikasi kebudayaan agar sesuai dengan keadaan zaman
C.
Masyarakat dan Sekolah
- Sekolah tidak dapat dipisahkan dari masyarakat :
- Sekolah milik masyarakat
- Sekolah sebagai mercu penerang dan pusat kebudayaan
- Sekolah bermanfaat bagi kemajuan budaya masyarakat, khususnya pendidikan anak-anak.
- Masyarakat memberi dukungan kepada sejumlah sekolah
- Perlu ada badan kerjasama antara sekolah dengan masyarakat dalam menyukseskan pendidikan.
Masyarakat
Indonesia dan Pendidikan
Sebagian besar masyarakat Indonesia sekarang sudah sadar akan
pentingnya pendidikan untuk meningkatkan hidup dan kehidupan. Mengapa
masyarakat atau para remaja bersikap seperti itu, asumsi mereka adalah makin
tinggi ijazah yang dapat diraih makin cepat dapat pekerjaan serta makin besar
gaji yang diterima.
Untuk membuat kebudayaan, termasuk pendidikan di masyarakat,
sebagai sesuatu yang tidak selalu disadari olehh pendidik, menjadi wadah proses
belajar sehingga anak dapat berkembang wajar sejak awal, membutuhkan sejumlah
pembenahan, yaitu :
1. Kerjasama orang tua, masyarakat, dan pemerintah dalam
memperbaiki pendidikanditingkatkan.
2. Pendidikan nonformal dan pendidikan informal, ditangani secara serius, paling sedikit sama intensitasnya dengan penanganan pendidikan jalur formal.
3. Kebudayaan, terutama tayangan televisi, yang paling banyak pengaruhnya terhadap perkembangan anak dan remaja, perlu ditangani dengan.
4. Kebudayaan-kebudayaan negatif yang lain perlu dihilangkan dengan berbagai cara.
2. Pendidikan nonformal dan pendidikan informal, ditangani secara serius, paling sedikit sama intensitasnya dengan penanganan pendidikan jalur formal.
3. Kebudayaan, terutama tayangan televisi, yang paling banyak pengaruhnya terhadap perkembangan anak dan remaja, perlu ditangani dengan.
4. Kebudayaan-kebudayaan negatif yang lain perlu dihilangkan dengan berbagai cara.
Selanjutnya
untuk membuat anak menjadi mandiri dan berkompetensi, yang sebetulnya juga
merupakan cita-cita pendidikan yang telah digariskan, merupakan persoalan
metodologi belajar dan mengajar. Bila dalam belajar mereka sering atau selalu
dihadapkan pada masalah yang nyata terjadi di masyarakat dan diberi kesempatan
untuk memecahkannya, tentu tujuan itu lama-lama akan tercapai.
Untuk
itu, dalam masa transisi ini kalau pendidikan akan dierorganisasi, perlu :
1. Memasukkan
materi pelajaran yang diambil dari keadaan nyata di masyarakat atau keluarga.
2. Metode
belajar yang mengaktifkan siswa baik individual maupun kelompok.
3. Beberapa
kali mengadakan survei di masyarakat tentang berbagai kebudayaan.
4. Ikut
memecahkan masalah masyarakat dan keluarga.
5. Memberi
kesempatan berinovasi atau kreatif menciptakan sesuatu yang baru yang lebih
baik tentang hidup dan kehidupan.
D. FUNGSI SOSIAL BUDAYA PENDIDIKAN
Dalam perkembangan
landasan sosial budaya memiliki fungsi yang amat penting dalam dunia pendidikan
yaitu :
Yaitu masyarakat yang pancasilais yang memiliki cita-cita dan
harapan dapat demokratis dan beradab, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia
dan bertanggung jawab dan berakhlak mulia tertib dan sadar hukum, kooperatif
dan kompetitif serta memiliki kesadaran dan solidaritas antar generasi dan
antara ba ngsa.
b. Transmisi
budaya
Sekolah berfungsi sebagai reproduksi budaya menempatkan sekolah
sebagai pusat penelitian dan pengembangan. Fungsi semacam ini merupakan fungsi
pada perguruan tinggi. Pada sekolah-sekolah yang lebih rendah, fungsi ini tidak
setinggi pada tingkat pendidikan tinggi.
Pengendalian sosial berfungsi memberantas atau memperbaiki suatu
perilaku menyimpang dan menyimpang terjadinya perilaku menyimpang. Pengendalian
sosial juga berfungsi melindungi kesejahteraan masyarakat seperti lembaga
pemasyarakatan dan lembaga pendidikan.
d. Meningkatkan
Iman dan Taqwa kepada Tuhan YME
Pendidikan sebagai budaya haruslah dapat membuat anak-anak
mengembangkan kata hati dan perasaannya taat terhadap ajaran-ajaran agama yang
dipeluknya.
Hubungan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat dapat
dianalogikan sebagai selembar kain batik. Dalam hal ini motif-motif atau
pola-pola gambarnya adalah lembaga pendidikan dan kain latarnya adalah
masyarakat. Antara lembaga pendidikan dengan masyarakat terjadi hubungan timbal
balik simbiosis mutualisme. Pendidikan atau sekolah memberi manfaat untuk
meningkatkan peranan mereka sebagai warga masyrakat.
E. DAMPAK KONSEP PENDIDIKAN
Konsep pendidikan mengangkat derajat manusia sebagai mahluk budaya
yaitu mahluk yang diberkati kemampuan untuk menciptakan kemampuan untuk
menciptakan nilai kebudayaan dan fungsi budaya dan pendidikan adalah kegiatan
melontarkan niali-nilai kebudayaan dari generasi yang satu ke generasi yang
berikutnya. Pendidikan sebagai proses adalah suatu kegiatan memperoleh dan
menyampaikan:
1. Nilai-nilai
sosial budaya bangsa adalah nilai-nilai yang kita jungjung tinggi, kita
amalkan, kita amankan adalah nilai-nilai yang taat dalam pancasila.
Dengan demikian nilai-nilai hidup kita adalah nilai keagamaan nilai
kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan sosial.
2. Kesadaran
aspirasi pandangan hidup, cita-cita nasional dan tanggung jawab pendidikan
merupakan adanya kesadaran terhadap semua hal (aspirasi pandangan hidup,
cita-cita nasional, dan tanggung jawab pendidikan) merupakan kunci pokok dari
keberhasilan usaha mencapai tujuan.
3. Dinamika
ilmu pengetahuan teknologi dan ekonomi.
Ketiga hal di atas sangat erat hubungan dengan kegiatan pendidikan
dimanapun pendidikan itu dilaksanakan(tim dosen IKIP Malang, 1998:156) sesudah
membahas sosiologi, kebudayaan masyarakat jika dikaitkan dengan pendidikan maka
ditemukan sejumlah konsep pendidikan.
a. Keberadaan
sekolah tidak dapat dipisah dengan masyarakat sekitarnya, keduanya saling
menunjang sekolah seharusnya menjadi agen pembangunan di masyarakat.
b. Perlu
dibentuk badan kerjasama antara sekolah dengan tokoh-tokoh masyarakat termasuk
wakil-wakil orang tua siswa untuk memajukan pendidikan.
c. Proses
sosialisasi anak-anak perlu ditingkatkan.
d. Dinamika
kelompok dimanfaatkan untuk belajar.
Kebudayaan menyangkut seluruh cara hidup dan kebudayaan manusia
yang diciptakan oleh manusia ikut mempengaruhi pendidikan atau pengembangan
anak. Sebaliknya pendidikan juga dapat mengubah kebudayaan anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar